Motif dan Motivasi
A.
Pengantar Motif
Motif secara
etimologi berasal dari bahasa inggris
motive, berasal dari motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang
bergerak”, yang menunjuk pada gerakan manusia sebagai “tingkah laku”. Dalam
psikologi motif berarti rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah
laku itu.
Seringkali
diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau
tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut
merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku,
dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang
dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).
Menurut Wexley
& Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif,
dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell
(dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang
menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan-
kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Morgan (dalam
Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang
sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah:
keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku
yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan
dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
McDonald (dalam
Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri
seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai
tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan
dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal
ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis
maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula
(Suprihanto dkk, 2003).
Soemanto (1987)
secara umum mendefinisikan motivasi
sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan,
kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi
tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi
aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang
nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong
individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan,
kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.
Dalam motif,
pada umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu kebutuhan dan tujuan. Proses
interaksi timbal balik antara kadua unsur ini terjadi dalam tubuh manusia,
walaupun dapat dipengaruhi oleh hal-hal dari luar diri manusia. Karena itu,
bisa saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu singkat.
Sedangkan menurut Dister, setiap tingkah laku
manusia adalah hasil dari hubungan timbal balik antara tiga faktor, yaitu:
1.
Dorongan spontan manusia, yaitu dorongan yang tidak ditimbulkan dengan sengaja.
Seperti dorongan seksual, nafsu makan dan kebutuhan akan tidur.
2.
Ke-aku-an manusia, dimana manusia menyetujui dorongan spontan tadi untuk
menjadi miliknya, sehingga kemudian menjadi sebuah “kejadian”. Misalnya dengan
menunda makan, walaupun ia merasa lapar.
3. Lingkungan
hidup manusia.
Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya
kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut.
Ada beberapa kriteria motif, berikut ini adalah motif-motif yang timbul
pada diri manusia ketika berkomunikasi:
1. Motif
informatif, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk memenuhi
kebutuhan akan ilmu pengetahuan.
2. Motif hiburan,
yaitu hal-hal yang berkenaan untuk mendapatkan rasa senang.
3. Motif
integrasi personal, merupakan motif-motif yang timbul akibat keinginan untuk memperteguh
status, kredibilitas, rasa percaya diri, dll
4. Motif
integratif sosial, dimaksudkan untuk memperteguh kontak sosial dengan cara
berinteraksi dengan keluarga, teman, orang lain.
5. Motif
pelarian, merupakan motif pelepasan diri dari rutinitas, rasa bosan, atau
ketika sedang sendiri.
B.
Lingkaran Motivasi
Perbuatan manusia pada
awalnya merupakan tindakan untuk mencari keseimbangan dalam diri yang awalnya
berada dalam posisi yang kurang setimbang,seperti rasa haus ,lapar,ngantuk dan
sebagainya,keadaan ini sangat tidak mengenakan bagi individu siapapun ,sehinnga
muncul kebutuhan untuk menyetimbangkan hal yang tidak setimbang ini dengan
makan, minum, tempat tidur dan sebagainya.Suatu keadaan setimbang ini tidak
akan berlangsung lama,sebab setelah satu keseimbangan telah tercapai maka akan
muncul ketidaksetimbangan yang baru yang tentunya memerlukan tindakan yang baru
juga.Untuk iyu motivasi sebernanya merupakan suatau lingkaran yang tidak pernah
putus. Rantai pertama dalam lingkaran motivasi yaitu timbulnya suatu kebutuhan yang dihayati
dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam kegiatan sehari-hari hal tersebut
sering saya lakukan karena manusia tidak terlepas dari kebutuhan hidup. Salah
satunya kebutuhan yang secara alamiah harus saya lakukan dan saya penuhi adalah
kebutuhan untuk makan. Makan merupakan motive bawaan, dimana motive ini dibawa
sejak lahir tanpa dipelajari. Atas dasar
kebutuhan ini maka timbullah dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
agar orang yang bersangkutan tidak merasa kelaparan. Selain kebutuhan untuk
makan terdapat kebutuhan untuk meraih cita-cita. Dimana hal ini menjadi
motivasi ekstrinsik bagi saya, karena memang saya memiliki cita-cita menjadi
seorang guru.
Rantai kedua dalam
lingkaran motivasi ialah wujud dorongan atas kebutuhan tersebut yaitu bila
kebutuhannya makan maka dorongannya adalah adanya keinginan untuk mencari makan
agar tidak merasa lapar. Tetapi untuk kebutuhan meraih cita-cita, wujud usaha
saya adalah berusaha untuk belajar dan selalu taat. Usaha-usaha saya untuk
belajar ini selalu dipengaruhi oleh teman-teman dekat saya. Memberi suport
misalnya, mereka selalu memberikan suport-suport yang dapat memnambahkan
semangat untuk saya.
Rantai ketiga sekaligus
yang terakhir dalam lingkaran motivasi adalah kepuasan atas usaha yang telah
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Kepuasan yang dicapai untuk kebutuhan makan
yaitu rasa kenyang dan lega karena kebutuhan telah terpenuhi. Tetapi untuk
kebutuhan meraih cita-cita puas dan tidaknya akan terlihat kelak dan masih
dalam jangka waktu yang lama tapi dalam jangka waktu dekat hasilnya dapat
diketahui melalui hasil ujian sementara yang telah kita peroleh. Bila hasilnya
memuaskankan berarti hal-hal yang telah kita lakukan yaitu belajar tidak
sia-sia.
Lingkaran motivasi
dapat di gambarkan sebagai berikut:
Lingkaran Motivasi
Lingkaran motivasi
menunjukan adanyan upaya dan usaha yang tidak putus-putus untuk menghilangkan
ketidaksetimbangan atau kesulitan.Dalam kaca mata agama Islam yang terdapat
dalam surat AL-Insyirah ayat 5-6 yang artinya “sesungguhnya sesudah kesuliatan
itu ada kemudahan “.Dalam ayat ini menunjukan bahwa kehidupan manusia
berhubungan dengan linkaran kesusahan dan kemudahan. Dan secara tidak langsung
ayat ini memotivasi kita untuk berusaha dan terus bertawakal guna mencapai apa
yang diinginkan.Tentu saja sikap tawakal ini bisa dilakukaan jika seseorang
telah merumuskan motivasinya atau merumuskan tujuan yang akan dicapaianya.
Dalam diri manusia
lingkaran motivasi ini bersifat dinamis atau berubah-ubah,sebab jika seseorang
telah mencapai apa yang diinginkan atau apa yang menjadi motivasinya,maka
biasanya muncul motivasi baru.Semua itu terjadi secara hirarkis,dari sebuah
kebutuhan yang rendah menuju ke kebutuhan yang lebih tinggi.Dan daur lingkaran motivasi
ini hanya terjadi pada manusia,sedangakan mahluk yang lain tidak
mengalaminya,karena lingkaran motivasi pada mahluk lain seperti hewan dan
lain-lain bersifat statis atau tetap.
C. Teori-Teori Motivasi
Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan
ke dalam tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan
(content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan
teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement theory).Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan
(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya
dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu
itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya,
baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian
tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1. Durasi
kegiatan
2. Frekuensi
kegiatan
3.
Persistensi pada kegiatan
4. Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5. Devosi dan
pengorbanan untuk mencapai tujuan
6. Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7. Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan
8. Arah sikap
terhadap sasaran kegiatan
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan
bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
A. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu
kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan
dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka
pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika
kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang
gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari
perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti
kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005)
mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai
kebutuhan yang paling dasar
2. Kebutuhan rasa aman,
yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan
lingkungan hidup
3. Kebutuhan untuk rasa
memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi,
berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
4. Kebutuhan akan harga
diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
5. Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan
potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan
kritik terhadap sesuatu
2.Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil
terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan
harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang
dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau
kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
3.Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan
nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori
X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa pandangan
manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi
tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan
berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
4.Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan
oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan
pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias
sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang
bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa
ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan faktor-faktor
ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :
1.
Upah
2.
Kondisi kerja
3.
Keamanan kerja
4. Status
5. Prosedur perusahaan
6. Mutu penyeliaan
7. Mutu hubungan
interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan
karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan
ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya
suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut
ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :
1. Pencapaian prestasi
2. Pengakuan
3. Tanggung Jawab
4. Kemajuan
5. Pekerjaan itu sendiri
6. Kemungkinan
berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti
membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi
yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor
ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
5.Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh
David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan,
yaitu (Robbins, 2007) :
a. Kebutuhan pencapaian
(need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai
standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
b. Kebutuhan akan
kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku
sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c. Kebutuhan hubungan (need
for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan
dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang
individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a. Persepsi seseorang
mengenai diri sendiri
b. Harga diri
c. Harapan pribadi
d. Kebutuhaan
e. Keinginan
f. Kepuasan kerja
g. Prestasi kerja yang
dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi
seseorang, antara lain ialah :
a. Jenis dan sifat
pekerjaan
b. Kelompok kerja dimana
seseorang bergabung
c. Organisasi tempat
bekerja
d. Situasi lingkungan pada
umumnya
e. Sistem imbalan yang
berlaku dan cara penerapannya.
D. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Sardiman
(2005:89-91), motivasi dibedakan atas 2 jenis yaitu:
1. Motivasi
intrinsik
motivasi
intrinsik adalah motif-motif (daya penggerak) yang menjadi aktif dan
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari diri individu sudah
terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi
ekstrinsik
motivasi
ekstrinsik adalah dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu
itu bersumber pada suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
Dari pendapat
diatas dapat dikatakan bahwa motivasi yang berasal dari dalam diri adalah
motivasi intrinsik, sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri dalam
melakukan sesuatu disebut motivasi ekstrinsik.
E. Konflik dan Frustasi
1. Pengertian Konflik
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri
yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiapmasyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Suatu
keadaan yang memiliki peluang besar untuk timbulnya konflik adalah perbedaan.
Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan kepentingan
Berikut
ini adalah pendapat para ahli tentang pengertian konflik dari sudut pandang
masing-masing.
a. Berstein
(1965). Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan
atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang
memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
b. Robert M.Z. Lawang. Menurut
Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, di mana
tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga
untuk menundukkan saingannya.
c. Ariyono Suyono Menurut
Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha
menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan
pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
d. James W. Vander
Zanden Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik
diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas
kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan,
bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.
e. Soerjono
Soekanto. Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu
proses sosial di mana orang per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau
kekerasan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik
berlangsung dengan melibatkan orangorang atau kelompok-kelompok yang saling
menantang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik
dilangsungkan tidak hanya sekadar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi.
Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok
lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
Bentuk-Bentuk Konflik
Konflik
adalah proses sosial yang di dalamnya orang per orang atau kelompok manusia
berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan
menggunakan ancaman atau kekerasan. Sebagai bagian masyarakat negara dan
masyarakat dunia, tidak ada seorang pun yang menginginkan timbulnya konflik.
Walaupun demikian, konflik akan selalu ada di setiap pola hubungan dan juga
budaya. Pada dasarnya konflik merupakan fenomena dan pengalaman alamiah.
Konflik
dalam masyarakat dibedakan menjadi konflik pribadi, konflik rasial, konflik
antarkelas sosial, konflik internasional, konflik berbasis massa, dan konflik
antarkelompok.
a. Konflik Pribadi
Konflik
pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang per orang. Masalah yang
menjadi dasar perlawanan atau konflik pribadi biasanya juga masalah pribadi.
b. Konflik Rasial
Konflik
rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan
kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial umumnya terjadi karena salah
satu ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna di
antara ras lainnya.
c. Konflik Politik
Konflik
politik merupakan konflik yang menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat
maupun di antara negara-negara yang berdaulat. Konflik politik pernah terjadi
antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1963.
d. Konflik Antarkelas Sosial
Konflik
antarkelas sosial merupakan pertentangan antara dua kelas sosial. Konflik itu
terjadi umumnya dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan
tersebut. Misalnya, antara karyawan pabrik dengan pemiliknya karena tuntutan
kenaikan gaji dari karyawan akibat minimnya tingkat kesejahteraan.
e. Konflik Internasional
Konflik
internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara
(blok) karena perbedaan kepentingan.
f. Konflik Antarkelompok
Konflik
antarkelompok terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian
hidup yang sama atau karena pemaksaan unsur-unsur budaya asing. Selain itu,
karena ada pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik tradisional
yang terpenda
2. Pengertian Frustasi
Frustasi
dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang disebabkan oleh
tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi adalah “rasa kecewa
yang mendalam karena tujuan yang dikehendaki tak kunjung terlaksana”.
Menurut
Sarlito Wirawan, sumber yang menyebabkan frustasi dikelompokkan menjadi tiga
golongan :
- Frustasi lingkungan, yaitu frustasi yang disebabkan oleh rintangan yang terdapat dalam lingkungan.
- Frustasi pribadi, yaitu frustasi yang timbul dari ketidak mampuan orang itu mencapai tujuan. Dengan kata lain, frustasi tersebut timbul karena adanya perbedaan antara keinginan dengan tingkat kemapuannya. Atau ada perbedaan antara idea self dengan real selfnya.
- Frustasi konflik, yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang. Dengan adanya motif-motif yang saling bertentangan maka pemuasan diri dari salah satunya akan menyebabkan frustasi bagi yang lain.
Adapun
wujud dari cara-cara individu dalam mereaksi frustasi itu diantaranya adalah
sebagai berikut :
- Agresi marah (angry agression), yaitu akibat tujuan yang akan dicapainya mengalami kegagalan, individu menjadi agresif, marah-marah, dan merusak, baik terhadap dirinya maupun terhadap situasi di luar dirinya.
- Bertindak secara ekplosif, baik dengan perbuatan jasmaniah maupun dengan ucapan-ucapan.
- Dengan cara introversi, yaitu dengan menarik diri dari dunia nyata dan masuk ke dunia khayal (day dreaming).
- Perasaan tak bahagia, reaksi ini menunjukkan sikap tak berdaya, patah hati, pasif dan terkadang sampai sakit.
- Kemunduruan (regression), yaitu tingkah laku yang kekanak-kanakan, seperti ngompol dan mengisap ibu jari.
- Fiksasi, mengulang kembali sesuatu yang menyenangkan, atau kemandekan dalam perkembangan berikutnya.
- Penekanan, dengan cara menekan pengalaman traumatis, keinginan, kekesalan atau ketidak senangan ke alam tidak sadar.
- Rasionalisasi, usaha-usaha mencari-cari dalih pada orang lain untuk menutupi kesahalan (kegagalan).
- Proyeksi, meleparkan sebab kegagalannya para orang lain atau sesuatu di luar dirinya.
- Kompensasi, individu berusaha untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya dengan cara-cara lain yang dianggap memadai.
- Sublimasi, mengalihkan tujuan pada tujuan lain yang mempunyai nilai sosial atau etika yang lebih tinggi.
Daftar Pustaka
As’ad, Moh, 1998. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
Winardi, 1992. Manajemen Prilaku
Organisasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Soemanto, Wasty, 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bina
Aksara.
Abdul Mun’im Qandil, Figur Wanita Sufi : Perjalanan Hidup Rabi’ah Al
Adawiyah, Surabaya, 1933.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 4, Cet. 4,
Ichtiar Baru, Jakarta, 1997.